Abd.
Ar-Rahman Abu Zaid Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Al-Hasan Ibn Muhammad Ibn
Jabir Ibn Khaldun (lebih dikenal dengan Ibnu Khaldun) lahir di Tunisia pada
tanggal 1 Ramadhan 732 H/ 27 Mei 1332 M dan meninggal di Kairo tanggal 25
Ramadhan 802 H/ 19 Maret 1406 M.
Ibnu Khaldun keturunan Arab tulen, nenek moyangnya dari Yaman
yakni Handramaut, Yaman Selatan. Yang kemudian melakukan imigrasi ke Spanyol
(Andalusia) abad ke delapan, melalui peperangan yang sangat sengit semasa
pemerintahan Dinasty Umayyah kemudian meninggalkan Spanyol dan terakhir menetap
di Tunisia.
Latar belakang keluarganya, dan saat ia dilahirkan sangat
menentukan dalam perkembangan pemikirannya. Keluarganya telah mewariskan
tradisi intelektual ke dalam dirinya. Sedangkan semasa hidupnya yang ditandai
oleh jatuh bangunnya dinasti-dinasti Islam, terutama dinasti Umayyah dan
dinasti Abbasiyah memberikan kerangka berfikir dan teori-teori ilmu sosial
serta filsafatnya, sebuah ciri khas yang melatarbelakangi kehidupan Ibnu
Khaldun adalah berasal dari keluarga politis, dan intelektual dan antrokrat. Ayahnya bernama
Abu Abdullah Muhammad. Ia berkecimpung dalam bidang politik. Kemudian
mengundurkan diri dari bidang politik serta menekuni ilmu pengetahuan dan
kesufian.
Ibnu Khaldun
salah seorang ahli fikir Islam, sebagaimana para pemikir Islam lainnya,
pendidikan masa kecilnya berlangsung secara tradisional. Ibnu Khaldun
pertama sekali menerima pendidikan langsung dari ayahnya. Artinya ia harus
belajar membaca Al-quran, Hadist, Fiqih, Sastra, Nahu Sharaf, juga mempelajari
Tafsir, gramatika, ilmu mantiq dan filsafat, karena ayahnya sagat terkenal dan
mahir dalam bidang ilmu tersebut, dengan sejumlah ulam Andalusia dan Tunisia.
Tunisia pada
waktu itu merupakan pusat ulama dan sastrawan di daerah Magrib. Khususnya
kepada ayahnya, Ibnu Khaldun umur 17 tahun ayahnya wafat meninggalkan lima
putra diantaranya Abd. Rahman (Ibnu Khaldun), Umar, Musa, Yahya dan Muhammad.
Hidupnya yang berpindah-pindah dari Maroko ke Andalusia dan memberikan waktu
luang dan mengarang. Diantara guru Ibnu Khaldun yang terkenal adalah Abu
Abdullah Muhammad Ibnu Saad Ibn Burral
al-Ansari, Syaikh.
Abu Abdullah
Ibn al-Arabi al-Hasayiri, Muhammad al-Syawwas al-Zarazali, Ahmad Ibn al-Qassar,
Syaik Syams al-Din Abu Abdullah Muhammad al-Wadisyasyi, dan Muhammad Ibn Abd
al-Salam.
Selanjutnya pada tahun 1362 Ibnu Khaldun menyebrang ke
Spanyol dan bekerja pada raja Granada. Di Granada, ia menjadi utusan raja untuk
berunding dengan Pedro ( raja Granada) dan raja Castila di Sivilla. Karena ke
cakapannya yang luar biasa, ia ditawari pula bekerja oleh penguasa Kristen saat
itu. Sebagai imbalannya tanah-tanah bekas milik keluarganya dikembalikan
kepadanya. Akan tetapi dari tawaran-tawaran yang ada, ia akhirnya memilih
tawaran untuk bekerja sama dengan raja Granada. kesanalah ia memboyong
keluarganya dari Afrika. Ia tidak lama tinggal di Granada. Ia selanjutnya
kembali ke Afrika dan diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Sultan al-Jazair.
Ketika antara tahun 1362-1375 terjadi pergolakan politik, menyebabkan Ibnu
Khaldu terpaksa mengembara ke Maroko dan Spanyol.
Pada tahun
1382, ia melaksanakan ibadah haji. Setelah melaksanakan haji, ia kemudian
berangkat ke Iskandariyah dan selanjutnya ke Mesir. Di Mesir, ia kemudian
diangkat menjadi ketua Mahkamah Agung pada masa pemerintahan Dinasti Mamluk.
Selain dikenal sebagai filosof, Ibnu Khaldun dikenal sebagai sosiolog yang
memiliki perhatian besar terhadap bidang pendidikan. Hal ini antara lain terlihat dari pengalamannya sebagai pendidik
yang berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lainnya
Di Qastantin
selatan, di benteng Ibnu Salamah, ia menghabiskan waktu selama 4 tahun untuk
menulis, ia selesaikan di tempat tersebut Muqadimahnya
yang sangat terkenal. Waktu itu ia berumur 43 tahun. Ketika ia banyak
memerlukan referensi lagi dan hal itu tidak mencukupi kecuali di Tunisia.
Pendidikan
formal dilaluinya hanya sampai usia 17 tahun, seterusnya ia belajar sendiri
meneruskan apa yang telah diperolehnya pada masa pendidikan formal sebelumnya.
Karena ketenarannya telah datang ke Mesir terlebih dahulu ia pun didaulat untuk
mengajar fiqih mazhab Maliki. Sehingga pernah ia menjabat sebagai qahdi,
diplomat, guru besar dan rektor Amaliyah, ketua hakim agung di Mesir selama 6
periode. Dan selama 40 tahun, inilah ia memanfaatkan sisa usianya untuk
menulis, mengarang, mengembangkan dan mengabdika ilmu pengetahuan yang selama
ini ditinggalkannya hingga meninggal dunia pada tahun 1406 M ia meninggal dunia
di Mesir dalam usia 74 tahun.
Ketenaran Ibnu Khaldun sebagai ulama dapat dilihat dari
karya monumentalnya Al-Muqaddimah. Kitab ini sesungguhnya merupakan pengantar
bagi karya Universitasnya yang berjudul Kitab
Al-Ibar wa Diwan al-Mubdada’ wa al-Khabar fi ayyani al-Arab wa al-Ajam wa al –
barbar wa man Asarahun min Dzami as sut than al-Akbar. (Buku Sejarah
Kemajuan Bangsa Arab Ajam, Barbar dan Orang-Orang Sezaman dengan Mereka yang
Memiliki Kekuasaan Besar).
Seluruh ilmunya dalam kitab Al-Muqadimmah memaparkan tentang
ilmu sosial, kebudayaan, ilmu pendidikan, politik, ekonomi, sastra, disamping
itu juga ilmu Filsafat, tasawuf, metafisika yang termasuk kitab pertama yang
merumuskan perkembangan sejarah manusia dengan metodologi ilmiah yang
didasarkan pada riset mengenai berbagai faktor yang mampu memotivasi
perkembangan manusia. Sementara kitab al-Ibrar merupakan bukti empiris historis
dan teori yang dikembangkannya : Orientalis dan kedalaman pemikiran yang telah
berhasil meletakkan karya Muqadimmah sebagai sebuah karya yang umum dan
melampaui zamannya.
0 comments:
Post a Comment